Keluarga Literasi Ungaran aka Kelingan

‘Apalah arti sebuah nama?’ Konon seperti itu Mas Shakespeare berujar. Namun, ujaran itu terdapat atau ia tulis dalam kitab yang mana, saya belum tahu. Yang jelas “what’s in a name?” begitu melegenda.

Baiklah, saya tidak akan dan memang tak bisa mengulik mas sastrawan itu lebih jauh. Kesempatan ini, saya hanya ingin berbagi sedikit pengalaman. Lagi-lagi, kalau Mas Shakespeare tak memedulikan sebuah nama, tapi tidak dengan kami. Barangkali ia tak menganggap penting sebuah nama, tapi justru kami berangkat dari nama.

Adalah Komunitas Penulis Ungaran (KPU), 23 Oktober 2014 resmi mengada di tengah khalayak Ungaran. Kami mencoba tegak mengadakan serangkaian kegiatan literasi. Mulai dari diskusi tokoh, pelatihan blog, hingga kelas menulis. Namun belum ada yang cemanthel, atau apa ya istilah bahasa Indonesianya?

Kami berkumpul tak lebih dari 5 atau 6 orang saja. Dan itu bertahan hingga kurang-lebih 1,5 tahun. Ya, bertahan dalam minoritas, baik kuantitas maupun kualitas. Jumlah partisipan tak menambah, sehingga rancangan kegiatan pun pelan-pelan menguap. Benar, kami nyaris putus asa. Bubar sayang, bertahan pun makan hati.

Kami berembuk. Sedikit demi sedikit, kami mengumpulkan energi yang berserakan. Kami bersepakat: komunitas harus tetap jalan, tak boleh kandas. Kuncinya adalah memperbaiki komunikasi. Mengintensifkan obrolan. Maka, 23 Juli 2016, Dewi Rieka membuat grup whatsapp. Upaya memecah kebekuan grup facebook yang sepi pengunjung. Kami menyisir nama-nama yang kemungkinan mau bergabung. Sambutan tak terduga saya dapatkan usai woro-woro di halaman KPU. Hasilnya, sungguh luar biasa. Banyak yang bergabung. Diskusi lebih hidup. Komunikasi lebih sering ketimbang dalam grup facebook.

Seiring waktu, berkembang wacana untuk menggeser nama KPU, yang berkonotasi politik jadi netral dan lebih luas cakupannya. Mutiara Chinta memunculkan nama “Kelingan”, yaitu kependekan dari Keluarga Literasi Ungaran. Akhirnya, kami sepakat dan lantas menerbitkan nama pengganti Komunitas Penulis Ungaran (KPU) menjadi Keluarga Literasi Ungaran (Kelingan). Dengan "Kelingan", besar harapan aktivitas kami itu pun akan selalu diingat oleh khalayak di mana pun, dan siapa pun dia.

Nah, bermula dari nama dan semangat baru itu, kami mengawali kegiatan dengan menyelenggarakan Kelas Menulis dwi-mingguan sejak September 2016. Tak berhenti di situ, Putu Ayub Darmawan pun telah menginisiasi lomba menulis cerpen untuk seluruh anggota Kelingan. Kemudian, pasca-pandemi, si Dewi "Dedew" Rieka memamerkan jurus menulis cerita anak. Sementara saya kebagian untuk menjaga gawang komunitas ini. Ya, penjaga gawang Kelingan, ha ha ha ....

Itulah Kelingan. Wajah baru literasi di Ungaran, yang tak lain adalah wujud dewasa dari KPU. Sebab, anggap saja KPU itu adalah nama remaja, yang hanya berkutat pada aktivitas tulis-menulis. Maka Kelingan merupakan nama sekaligus tanda kedewasaan kami. Dewasa karena tak hanya pameran menulis, tapi juga ingin menggiatkan tradisi membaca. Mengingatkan pentingnya membaca, sekaligus perlunya menulis. 

Alhasil, literasi itu pun kami kemas dalam kelas menulis, panggung unjuk kebolehan, bedah cerpen, ruang baca, dan semacamnya. Dari situlah kata “literasi” menemu bentuk, dan terasa tepat sebagai pengganti kata “penulis”.

Begitulah Kelingan. Nuhun.

Ungaran, 01 September 2024

                                                                                                                                  

Post a Comment

0 Comments