The World Changer

Muhammad Saw. adalah seorang nabi, seorang hamba pilihan Allah, yang diistimewakan karena penghambaannya kepada Allah, juga karena kemuliaannya.

Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.” (al-Isra’: 1). 

Lantas Allah Swt. memerintahkan kaum mukmin bershalawat kepadanya, setelah Allah sendiri dan para malaikat bershalawat.

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (al-Ahzab: 56).

Kita paham, shalawat dari Allah berarti rahmat, shalawat dari malaikat berarti istighfar, dan shalawat dari manusia adalah doa. 

Juga dari ayat tersebut, bershalawat bisa berarti pujian dan pengagungan. Karena kemudian diikuti ancaman dari Allah bagi yang berbuat jahat kepada beliau, “Sesungguhnya orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (al-Ahzab: 57). 

Nyatalah, Allah Ta’ala begitu memuliakan beliau. Bahkan Allah bersumpah dengan usia Muhammad Saw. sebagai tanda betapa luar biasa beliau. “Allah bersumpah, ‘Demi umurmu Muhammad, mereka sungguh merana dalam kebingungan’.” (al-Hijr:72).

Nah, di atas semua itu, Al-Quran tegas-tegas menyatakan bahwa taat kepada Rasulullah termasuk taat kepada Allah. Sebuah penyandingan ketaatan yang menunjukkan bahwa hakikat keduanya adalah satu. Ketaatan yang berlandas cinta. 

Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat.” (Ali Imran: 132).

Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali Imran: 31). 

Kemudian, kebesaran dan keagungan Nabi Saw. ini juga dibuktikan oleh perkembangan sejarah peradaban dunia. Beliau telah membuat lompatan peradaban dengan merintis berdirinya sebuah negara.

Setiba di Madinah, langkah pertama Baginda Nabi Saw. adalah membangun masjid yang sederhana dengan perkakas seadanya. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk bukanlah utama, melainkan fokus pada tujuan, yakni adanya tempat berkumpul, kantor negara, ruang kajian, dan rumah ibadah. Dan memang, dari masjid inilah, lambat laun dunia bertekuk lutut kepada kaum Muslim Madinah.

Ketinggian ilmu dan kecakapan politik Baginda Nabi tampak nyata ketika beliau menyusun undang-undang bagi negara baru Madinah dalam naskah Piagam Madinah. Piagam tersebut mengakui dan mengakomodasi berbagai perbedaan yang ada di Madinah. 

Dalam piagam itu, kaum Yahudi terakui eksistensinya. Hanya saja, satu demi satu bani dari kaum Yahudi-lah yang memutus hubungan. Satu per satu berkhianat melawan Nabi. Kaum Yahudi Bani Qainuqa terusir. Bani Nadhir terusir. Bani Quraizhah harus tumpas habis karena menikam dari dalam saat tentara Madinah menghadapi kaum Quraisy dan Bani Ghathafan.

Artinya, persengkongkolan kaum Yahudi yang bersikeras melawan beliau bisa diatasi. Sekali lagi terbaca bahwa sebagai pemimpin, Nabi Saw. sangatlah cakap dalam berpolitik. Beliau membangun kerjasama dengan suku-suku sekitar Madinah. Beliau memboikot ekonomi Quraisy dan melindungi Madinah dari gangguan kaum Yahudi, kaum Quraisy, dan kelompok munafik.

Kita bisa baca dari pasca-Perang Musthaliq, misalnya, di mana kaum munafik berbuat rusuh. Mereka menyebar fitnah yang mengotori kesucian istri dan rumah tangga beliau. Seandainya persoalan itu gagal diselesaikan, keutuhan negara Madinah terancam. Namun, Rasulullah Saw. berhasil keluar dari jerat mereka. Aisyah, istri beliau yang difitnah, bersih dari tuduhan.

Perhatikan pula tindakan Rasul ketika memenangkan kaum Anshar yang gusar sepulang dari Perang Hunain. Semula mereka dongkol dengan keputusan Nabi yang tak menyisakan hasil rampasan perang kepada kaum Anshar Madinah.

Sebagaimana tercatat dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, “Demi Allah, jika kalian mau, kalian pasti berbicara, kalian berkata benar, dan dibenarkan. Kalian akan mengatakan, engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan kemudian kami membenarkanmu, engkau terlantar kemudian kami menolongmu, engkau terusir kemudian kami melindungimu, dan engkau miskin kemudian kami membantumu.

“Hai kaum Anshar, apakah kalian mempersoalkan secuil dunia yang dengannya aku ingin menundukkan hati salah satu kaum agar mereka masuk Islam?

“Hai kaum Anshar, tidakkah kalian ridha sekiranya orang-orang pulang membawa kambing-kambing dan unta-unta, sedang kalian pulang membawa Rasulullah ke tempat kalian?

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalaulah tidak karena peristiwa hijrah, aku menjadi salah seorang dari kaum Anshar. Jika manusia melewati salah satu jalan dan kaum Anshar melewati jalan lain, aku pasti berjalan di jalan yang dilalui kaum Anshar.”

Kaum Anshar pun menangis mendengar pidato singkat Rasulullah Saw. tersebut. 

Berikut, kita tengok beliau dari sisi lain. Dalam Syarah Syama’il Nabi Muhammad, Abdurrazaq bin Abdil Muhsin mengetengahkan bahwa Rasulullah Saw. mempunyai bentuk fisik yang sempurna.  

Betapa Allah telah mengaruniakan beliau dua bola mata yang hitam dan dalam ketika memandang, rambut tebal yang tidak keriting tidak lurus, yang disisir ke belakang. Beliau mempunyai tinggi badan yang sedang, kedua pundak lebar, dan berkulit putih kemerah-merahan.

Dr. Husain Mu’nis, menulis Quraisy dari Kabilah Makkah ke Peradaban Dunia, yang sepanjang tahun hidupnya diabdikan untuk menelusuri sejarah perjalanan Rasulullah Saw. turut menyimpulkan bahwa diam Baginda Nabi itu adalah wibawa. Dan jika berbicara akan didengarkan telinga dan hati. Serta beliau merupakan orator yang pandai menyusun bahasa.

Intinya, ketika kita membaca Sirah Nabi, kita akan merasakan keistimewaan-keistimewaan, tidak hanya perkara fisik, tetapi sisi-sisi keindahan dalam pribadi, diri, cara berpikir, dan perkataan yang tak terbatas. 

Beliau sangatlah bersih dan berpenampilan baik, mandi dan mengganti bajunya satu atau dua kali dalam sehari. Rasul suka mencuci baju dan membersihkan rumahnya sendiri. Suka memakai wangi-wangian dan tidak tampil di hadapan orang, kecuali dalam keadaan rapi.

Tengok saja, ketika Rasulullah Saw. menyusun rencana hijrah ke Madinah, beliau meminta Abdurrahman bin ‘Auf untuk membelikan dua pakaian berwarna putih untuk dirinya dan Abu Bakar, lalu menunggunya di kejauhan Madinah. 

Pada pagi hari, saat Rasulullah masuk kota Madinah, beliau salat subuh kemudian bertasbih kepada Allah Swt., lalu mandi sekali lagi dan mengenakan pakaiannya yang putih dan mengenakan serbannya yang bagus yang juga berwarna putih.

Dengan penampilan yang baik dan rapi itulah, beliau Saw. diiring Abu Bakar menemui penduduk Madinah yang telah menunggu di ambang pintu masuk kota.

Dan pula, permintaan terakhir yang beliau minta pada saat menjelang kepulangannya ke pangkuan Ilahi adalah siwak. Beliau meminta Aisyah, ummul mukminin, untuk memberinya siwak, dan setelah diberi, beliau membersihkan giginya dengan siwak dan kemudian pergi untuk menemui Tuhannya.

Nah, artinya, membicarakan Muhammad Saw., sang manusia pilihan Allah Swt., tak bisa tidak pasti kita akan menemui keutamaan-keutamaan. 

Dan memang demikian adanya. Sejarah telah mencatat dengan rapi dan metode ketat tanpa mengada-ada, betapa Allah Swt. sungguh telah mempersiapkan beliau untuk mengemban risalah, dan disempurnakan dengan keutamaan, potensi-potensi, bakat-bakat, serta kekuatan. Sehingga, memungkinkan bagi beliau untuk mengemban amanat risalah dan menyampaikannya kepada manusia dengan cara yang paling baik.

Kalau pun hari ini ada yang menyebut beliau sebagai gambaran pemimpin negara yang sukses, sebagai politikus, sebagai komandan perang, atau pun arsitek strategi perang, ya, bolehlah, tetapi yang pasti bahwa Baginda Nabi Muhammad Saw. lebih tinggi dari itu semua.

Sekali lagi, Rasulullah Saw. jauh dari itu semua. Siapa pun yang membaca sejarah hidupnya akan mendapati beliau adalah pemimpin dalam peperangan, tapi dalam batas tertentu beliau sebagai seorang petunjuk, pemberi peringatan, pembawa kabar gembira, dan penyeru akan ketunggalan Allah Swt.

Dalam QS Al-Isra: 93, “Katakanlah: Mahasuci Tuhanku, bukanlah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul.

Pada ayat yang lain, QS Al-A’raf: 188, “Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan yang sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang beriman.”  

Dari ayat tersebut, beliau tidak mengetahui hal-hal yang gaib, karena pengetahuan tentang hal-hal yang gaib hanyalah milik Allah, dan Rasul akan mengetahui kabar gaib sekira Tuhan mengabarkannya. 

Karena utamanya, Rasulullah Saw. adalah seorang yang memberi peringatan dan membawa kabar gembira bagi orang-orang beriman. Jadi serasa aneh kemudian, saya kerap mendapati orang-orang yang merasa sanggup mengetahui hal-hal yang gaib. 

Atau, masih saja kita dapati cerita-cerita keluarbiasaan pada diri seorang alim sesudah Nabi Muhammad Saw. hingga kuburannya kerap dikunjungi. Hal-hal adikodrati yang justru pada diri Rasulullah Saw. sendiri pun tidak terjadi. Masyarakat beramai-ramai mengunjungi kuburan sang “adikodrati” tersebut. Dan hal itu terdapat di banyak kota, terutama di tanah Jawa.

Bukankah itu berarti sama saja bahwa dunia kehidupan ini dikuasai oleh orang-orang yang sudah meninggal? Yang tanpa kejelasan data sejarah yang melingkupi. Yang berbeda 180 derajat dengan Baginda Rasul yang memang akurasi sejarahnya terakui.

Memang, tidak akan menutup kemungkinan bahwa Allah mengaruniai para kekasih-Nya selain Nabi berupa karamah-karamah. Tetapi kedudukan karamah tetaplah di bawah mukjizat yang diperuntukkan kepada para nabi.

Dan Rasul Saw. memiliki banyak mukjizat, tetapi saya sepaham dengan Dr. Husain Mu’nis bahwa mukjizat Baginda Muhammad Saw. yang paling besar adalah kesanggupan beliau menyelesaikan pekerjaan mengubah wajah sejarah hanya dalam waktu 10 tahun di Madinah. Muhammad, the World Changer, tulis Mohamad Jebara.

Begitulah.

Ungaran, 4 September 2024  

Baca juga: Titik Balik Kemenangan

Post a Comment

0 Comments