Pantang Berputus Asa

Dari film The Message

Bisa dibayangkan, betapa haru seorang Abu Bakar akhirnya yang dipilih Nabi Saw. untuk mendampingi hijrah. 

Aisyah menceritakan, sebagaimana dinukil Prof. Quraish Shihab dari riwayat Bukhari, bahwa siang hari menjelang hijrah, Rasul Saw. berkunjung ke rumah Abu Bakar. Rasul Saw. menyampaikan kepada Abu Bakar bahwa beliau mendapat izin untuk berhijrah.

“Aku belum pernah melihat seseorang menangis karena gembira kecuali pada hari itu ketika aku melihat Abu Bakar menangis.” kenang Aisyah.

Ya, Abu Bakar menangis saking gembira. Bagaimana tidak. Saat Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya, Allah telah mengizinkanku untuk berhijrah.”

Abu Bakar bertanya, “Saya boleh menjadi pendampingmu, wahai Rasulullah?”

“Engkau boleh menjadi pendampingku,” sabda Rasulullah Saw.

Nah, bisa dibayangkan, betapa rasa gembira yang tiada tara dari diri Abu Bakar. Lantas mereka pergi meninggalkan Makkah secara diam-diam. Mereka berdiam diri di gua Tsur.

Abu Bakar menyuruh putranya, Abdullah bin Abu Bakar, untuk mencari berita tentang apa saja yang dibicarakan penduduk Makkah perihal mereka. Ia juga memerintahkan pelayannya, Amr bin Fuhairah, untuk menggembalakan kambing di rute perjalanan mereka hingga sekitar gua Tsur. Tak ketinggalan, Asma binti Abu Bakar bertugas membawakan makanan.

Diriwayatkan, ketika Rasulullah Saw. berangkat menuju gua bersama Abu Bakar, kadang Abu Bakar berjalan di depan beliau dan kadang di belakang. Menyadari hal itu, beliau bertanya, “Wahai Abu Bakar, kenapa engkau kadang berjalan di depanku dan kadang di belakangku?”

“Wahai Rasulullah,” jawab Abu Bakar, “Aku teringat pengejaran kaum Quraisy, maka aku berjalan di belakangmu. Ketika aku teringat akan pengintaian mereka, aku berjalan di depanmu.”

Begitulah, betapa cinta Abu Bakar kepada Rasulullah Saw. sungguh-sungguh luar biasa. Cinta yang melebihi cinta pada diri sendiri. 

Hal itu kiranya yang mesti jadi renungan kita. Kita belum sebegitu mencintai beliau. Kita acap masih mementingkan diri sendiri. Kita berselawat tak lebih demi kebutuhan untuk mendapatkan berkah, mendapatkan syafaat, dan seterusnya.

Kita juga belum bersungguh-sungguh memahami biografi beliau. Padahal hari-hari ini, biografi Rasulullah Saw. sedemikian berlimpah. Kita tinggal pilih karya siapa, kemudian kita hayati. Kita baca berulangkali, dan sebagainya, dan sebagainya.

Kembali kepada kisah seorang Abu Bakar yang sedemikian rupa terhadap Rasulullah Saw. Ketika keduanya berhenti di gua, Abu Bakar meminta Rasulullah Saw. jangan masuk dulu. “Tetaplah di tempatmu, wahai Rasulullah, hingga aku memastikan gua ini aman.”

Lalu Abu Bakar masuk dan memeriksanya. Ketika ia selesai memeriksa, ia teringat bahwa belum sempat memeriksa lubang-lubangnya. Maka, ia kembali memeriksa. Setelah dirasa aman, “Masuklah, wahai Rasulullah!”

Keduanya masuk ke dalam gua. Kemudian, nah inilah “tentara” Allah bekerja, keajaiban itu hadir, laba-laba membuat sarang persis di pintu masuk gua. Juga dua ekor merpati bertelur dan mengeraminya di mulut gua depan jaring laba-laba. 

Kaum Quraisy yang berhasil mengikuti jejak Rasulullah Saw. dan Abu Bakar tiba di mulut gua. Mereka terkecoh adanya sarang laba-laba dan dua merpati tersebut. Padahal aslinya, sekira mata mereka menatap ke bawah, akan tampaklah buruan mereka.

Saat demikian, Abu Bakar berbisik, “Wahai Rasulullah, seandainya salah satu dari mereka mengangkat kakinya, niscaya ia akan melihat kita.”

Rasulullah Saw. menenangkannya, “Apa yang ada dalam persangkaanmu dengan dua orang, sesungguhnya Allah-lah yang ketiga.”

Dan tiga malam lamanya, Rasul Saw. bersama Abu Bakar menginap di dalam gua. Malam Jumat, malam Sabtu, dan malam Minggu.

Setiap malam datang ke mereka putra Abu Bakar, Abdullah, untuk menyampaikan perkembangan yang terjadi di Makkah. Lalu Amr bin Fuhairah bertugas menggembalakan kambing di sekitar gua untuk menghapus jejak Abdullah. Di malam hari dia memerah susu kambing untuk diminum Rasulullah Saw. dan Abu Bakar.

Sementara di kota Makkah, tokoh-tokoh Quraisy sangat kecewa dan kesal. Mereka menugaskan para pencari jejak untuk melakukan pencarian dan menjanjikan hadiah 100 unta bagi yang menemukan Nabi Muhammad Saw. atau Abu Bakar.

Mereka juga mendatangi rumah Abu Bakar, menjumpai Asma, kakak Aisyah, tetapi tak mendapat informasi. Abu Jahal pun menampar Asma saking kesalnya, sehingga anting yang dipakai Asma terjatuh. 

Setelah berlalu tiga malam, para pemburu itu berputus asa dan melonggarkan pencarian, padahal sebetulnya mereka telah melewati gua Tsur, dan sempat berhenti lumayan lama mencermati situasi gua.

Namun, Allah tak tinggal diam. Dan memang begitu sunnah-Nya: terdesak. Bahwa pertolongan datang tatkala dalam keadaan tidak tahu apa yang mesti dilakukan dan tidak mampu menghindarinya.

Abu Bakar sangat cemas dan takut memikirkan Rasulullah. Sedangkan sang Rasul sebegitu tenang dan yakin akan pertolongan Allah Swt. Karena segala daya telah diupayakan. Pantang putus asa, dan tetap punya harapan kepada-Nya kuncinya.

Itulah kiranya pelajaran buat kita. Pantang berputus asa dan tetap punya harapan pada-Nya. Niscaya keajaiban pun menyertai kita, asalkan memang kita sudah terdesak. Kita sudah kepepet tak sanggup menghindar dan tidak tahu lagi akan bagaimana.

Alhasil, setelah berlalu tiga hari, tepatnya pada hari Senin, 16 September 622, Rasulullah Saw. dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan ke Madinah.

Baca juga: Keagungan Rasul

Post a Comment

0 Comments