Membaca dan Menulis

 Film The Message

Adalah Abul Hasan an-Nadwi menuturkan, seusai Perang Badar, di antara tawanan yang tidak memiliki uang tebusan, Rasulullah Saw. meminta mereka untuk mengajarkan baca tulis kepada anak-anak kaum Muslim. 

Kita paham, Perang Badar merupakan serbuan di mana Allah memenangkan Islam dan membinasakan para pemimpin orang-orang kafir. Orang-orang yang tak mengakui Muhammad Saw. sebagai utusan Tuhan. Jumlah pasukan kaum Muslim 313. Sementara dari pasukan Musyrik Makkah ada 1.000 orang. 

Semula, oleh Nabi Muhammad Saw., pasukan dari Madinah itu tidak direncanakan untuk berperang, tetapi sekadar mengadang kafilah dagang yang dipimpin Abu Sufyan yang melintas dari Syam ke Makkah.

Pengadangan sebelumnya, yakni kafilah Abu Sufyan dari Makkah ke Syam, gagal, karena mereka berhasil mendahului rute sebelum pasukan Madinah tiba di luar Madinah. Lantas Rasulullah Saw. memutuskan akan mengadang begitu kafilah pulang ke Makkah.

Saat bersiap-siap berangkat, Nabi tidak mendesak, apalagi memaksa kaum Anshar, karena memang perjalanan ini tidak dimaksudkan untuk berperang, hanya mengadang. Hanya untuk melemahkan perekonomian kaum Quraisy Makkah.

Namun ternyata yang ikut banyak. Ada 313 orang, yakni 83 dari kaum Muhajir, sisanya kaum Anshar. Ada dua kuda milik az-Zubair ibn al-Awwam dan al-Miqdad ibn al-Aswad. Di samping itu ada 70 ekor unta yang setiap tiga orang bergantian mengendarai. Nabi Saw. bergantian dengan Murtsid ibn Abi Murtsid dan Ali ibn Abi Thalib, kendati kedua sahabat tersebut mempersilakan Nabi terus menunggang.

Dari situ jelas bahwa rombongan Nabi Saw. ini tidak mencerminkan kekuatan asli kaum Muslim karena memang mereka keluar Madinah bukan untuk tujuan perang.

Di sisi lain, Abu Sufyan dengan menempuh rute lain berhasil menghindar dari adangan Nabi Saw. Dia kemudian berkirim kabar menyampaikan hal tersebut kepada pasukan yang telah meninggalkan Makkah untuk kembali. Pasukan Makkah tidak perlu melanjutkan untuk mengawal kafilah Abu Sufyan.

Namun, Abu Jahal bersikeras melanjutkan perjalanan. Ia dengan dukungan 1.000 orang berangkat menuju Badar, kali ini dengan tujuan menghabisi Nabi, bukan lagi untuk mengawal Abu Sufyan.

Begitu mengetahui lolosnya kafilah Abu Sufyan, dan bersikerasnya Abu Jahal untuk bertempur menghabisi Kaum Muslim yang telah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad Saw. mengumpulkan seluruh rombongan dan bertanya soal sikap: kembali ke Madinah atau menghadapi Abu Jahal beserta pasukannya.  

Sebagian peserta menghendaki kembali ke Madinah, mengingat persiapan mereka sendiri yang kurang, dan kesiapan serta jumlah pasukan musuh yang besar.

Tetapi ada beberapa sahabat dari Makkah yang tegas mendukung pertempuran. Bahkan kaum Anshar malahan yang mendukung Nabi Saw. sepenuhnya untuk bertempur melawan Makkah. 

Alhasil, Nabi Saw. mengatur pasukannya. Panji berwarna putih pertanda kesucian di bagian depan pasukan dipercayakan kepada Mush’ab ibn ‘Umair. Sayap kanan dipercayakan kepada Ali ibn Abi Thalib dan sayap kiri kepada Sa’ad ibn Mu’adz. Kepada keduanya diberi panji berwarna hitam. Sementara di bagian belakang dipegang Qais ibn Abi Sha’sha’ah.

Nabi Saw. mengatur strategi pertempuran dengan mengatur pasukan bershaf-shaf serupa shaf dalam salat berjamaah. Shaf pertama adalah regu pemanah yang bertugas memanah barisan berkuda. Shaf selanjutnya pasukan yang membawa lembing, tombak, dan disusul pasukan yang bersenjatakan pedang.

Cara bertempur dengan pengaturan bershaf-shaf ini merupakan cara baru yang belum dikenal oleh masyarakat Arab. Mereka biasa berstrategi dengan menyerang dan lari. Sementara Nabi Saw. berhitung bahwa cara lama tak memadai lagi mengingat jumlah personil kaum Muslim sedikit dibanding lawan.

Selain pengaturan shaf, Nabi Saw. juga memilih lokasi yang tepat, dekat sumber air dan tidak menghadap ke matahari supaya tak mengganggu pandangan.

Dengan kekompakkan dan ketaatan kepada Nabi Saw. selaku komandan utama, tepat pada 13 Maret 624, pasukan Abu Jahal kocar-kacir tak keruan. Abu Jahal tewas dalam pertempuran. Pasukan Makkah benar-benar menderita kekalahan, padahal dari segi jumlah sangatlah banyak. Yang tewas sebanyak 70 orang, yang tertawan juga 70 orang, sisanya melarikan diri.

Sementara di kalangan Muslim, 14 orang yang gugur, enam dari kaum Muhajir, delapan sisanya dari kelompok Anshar. 

Maka, Perang Badar berakhir dengan kemenangan bagi umat Islam dan kekalahan telak buat kaum kafir Quraisy.

Rasulullah Saw. memberikan pengampunan terhadap para tawanan dan menerima tebusan dari mereka, sesuai kemampuan harta yang mereka miliki. Dan tawanan yang tidak memiliki apa-apa dibebaskan tanpa membayar tebusan.

Nah, di antara tawanan yang tak memiliki uang tebusan, Rasulullah Saw. memutuskan sebuah tebusan dengan cara mengajarkan baca tulis. Bahwa setiap tawanan diwajibkan mengajari sepuluh anak. Zaid bin Tsabit termasuk yang belajar melalui cara tersebut.

Singkatnya, betapa Rasulullah Saw. sangat menghargai ilmu pengetahuan. Sang Nabi mengamarkan setiap anak di Madinah untuk pandai membaca dan menulis.

Baca juga: Pantang Berputusasa

Post a Comment

0 Comments