Kalaulah ...!

Januari 630, Makkah telah masuk Islam dan perlawanan kaum Quraisy pun harus berakhir.

Mereka berbondong mengikuti ajaran Muhammad Saw. Hal ini diabadikan dalam surah An-Nasr, surah pendek di juz’amma.

Kenyataan kaum Quraisy yang akhirnya berada di bawah panji sang Nabi Muhammad Saw. Kondisi yang berbalik 180 derajat dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun mereka memerangi Muhammad Saw. di Madinah. Tahun-tahun mereka memboikot Bani Hasyim, serta upaya pembunuhan terhadap beliau sebelum berhijrah.

Namun, pada Januari 630 itu, Muhammad Saw. bersama 10.000 pengikutnya memasuki Makkah sebagai pemenang. Beliau memperlakukan orang-orang Quraisy, di samping kedudukannya sebagai nabi, juga orang bijak yang mengobati jiwa-jiwa manusia.

Muhammad Saw. yang juga sangat cermat membaca keadaan, tatkala di Madinah beliau senantiasa mempersempit gerak penduduk Makkah. Beliau memblokade jalur perniagaan Abu Sufyan dan kaumnya. Beliau mengempaskan koalisi-koalisi mereka hingga fakir dan tak sanggup melakukan perlawanan atas kedigdayaan Madinah.

Sekali lagi, pada Januari 630 itu tampaklah kepemimpinan sang Rasul Saw. yang sungguh berwibawa. Beliau sanggup membawa pasukan terbesar dalam sejarah Arab dengan disiplin tinggi.

Pasukan besar itu telah melewati rumah demi rumah penduduk Makkah tanpa ada perampasan harta benda, tanpa sorak-sorai yang menggetarkan hati masyarakat bawah.

Padahal, era itu, lazim suatu pasukan ketika memasuki sebuah kota akan menjarah dan merampas harta benda penduduknya. Bahkan pasukan yang kembali ke tanah airnya, juga biasa merampas dan menuntut upeti dari penduduknya sendiri.  

Berbeda dengan Muhammad Saw. dan pengikutnya. Saking wibawa dan agungnya beliau dalam mengendalikan 10.000 pejuang, anjing-anjing betina yang tengah meneteki anak-anak mereka tak terganggu. Tiada gonggongan sebagaimana umumnya anjing yang merasa terusik oleh derap kaki pasukan yang lewat di depan hidungnya.

Jadilah Makkah itu, sebuah kota yang dulu menjadi benteng permusuhan terhadap Madinah, kini berdiri dalam diam menyaksikan barisan umat Islam menuju Ka’bah.

Umat Islam berjalan seolah di negerinya sendiri, berjalan dengan aman tanpa harus mengacung-acungkan senjata, tanpa harus berteriak yang surplus yel-yel untuk menciutkan hati penduduk Makkah.

Akhirnya, tibalah di Ka’bah. Muhammad Saw. memang telah melihatnya sebelumnya, saat mengqada umrah, tapi saat ini ia dapat menyentuh sudut Ka’bah dengan tongkatnya yang bengkok seraya bertakbir.

Umat Islam mengikuti takbir sang nabi, hingga membahana seantero kota. Penduduk Makkah yang dulu ikut mengejar dan menghina Nabi, sekarang hanya bisa memandang getir dari puncak gunung. Mereka melihat Nabi dan pengikut-pengikutnya menghancurkan patung-patung yang mengitari dan yang berada di dalam Ka’bah.

Usai mensterilkan Ka’bah, Baginda Muhammad memerintahkan Bilal mengumandangkan azan di atasnya. Umat Islam menyambut seruan azan dengan penuh haru. Mereka merasa telah kembali ke tanah air, yang telah delapan tahun ditinggalkan.

Lantas ribuan demi ribuan penduduk Makkah antre menyatakan masuk dalam barisan sang Nabi Saw. Berbaur dengan ribuan pasukan muslim baik dari kaum Muhajirin maupun kaum Anshar.

Di hadapan mereka, Muhammad Saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian bukanlah tawanan dan bukan hamba sahaya pemenang. Negeri kalian bukan milikku atau milik siapa pun dari komandan dan pejuangku.”

Maka, kemenangan Islam yang dibawa Muhammad Saw. bukan untuk menguasai atau menjadi majikan, melainkan membuka mata hati penduduk Makkah agar menerima Islam. 

Walhasil, Abu Sufyan masuk Islam. Istrinya, Hindun binti Utbah juga masuk Islam, yang sebelumnya saking dendamnya sampai hati memamah-mamah jantung Hamzah pada Perang Uhud.

Ikrimah bin Abu Jahal sempat melarikan diri, menjauh dari Muhammad Saw. Ia tidak berani berhadapan dengan beliau, mengingat ayahnya seumur-umur sangat membenci Nabi penyeru Islam itu. Ummu Hakim, istrinya, memohon kepada Muhammad Saw. agar berkenan memberikan jaminan perlindungan kepada suaminya. 

Setelah mendapat perkenan Nabi, Ikrimah masuk Islam. Muhammad Saw. meminta para sahabat agar menghormati Ikrimah. Beliau bersabda, “Janganlah kalian mencela ayahnya. Karena barangsiapa mencela mayat, sama artinya menyakiti yang masih hidup, meski celaan tersebut tidak sampai pada si mayat!”

Ikrimah terharu dan bersumpah, “Wahai Rasulullah, aku dahulu selalu membelanjakan harta benda untuk menyakitimu, kini aku hendak membelanjakan dengan jumlah yang sama untuk perjuangan di jalan Allah.”

Alhasil, Nabi melihat antusiasme orang-orang Quraisy untuk masuk Islam dalam Fathu Makkah ini. Maka, beliau meminta pengikutnya untuk melupakan berbagai intimidasi dan permusuhan yang pernah mereka timpakan kepadanya dan para pengikutnya.

Muhammad Saw. meneladankan untuk senantiasa menghormati dan memuliakan mereka. Bukan semata karena beliau bagian dari Quraisy, melainkan karena sisi kemanusiaannya yang unggul, juga sebab agama dan demi agama yang mesti beliau tegakkan.

Sungguh, bahwa kelemahlembutan dan keramahannya tidak terbatas pada kaum Quraisy saja, melainkan kepada segenap sahabatnya. Bahkan terhadap musuh-musuhnya pun, beliau berupaya tidak menghinakannya.

Syahdan, betapa mulia sang Baginda Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam. Dan andai para pemimpin muslim sepeninggalnya mau meneladaninya, tentu umat Islam akan singgah di hati seluruh umat manusia di muka bumi ini, tanpa kecuali. Umat Islam akan memperoleh kehormatan. Umat Islam akan terus berjaya, dan berkontribusi di setiap peradaban. 

Sehingga, saat ini kita yang membaca riwayat dinasti Umayyah dan Abbasiyyah tidak akan kewirangan, tidak akan berasa kehilangan api Islam. Karena, jelas-jelas kedua dinasti itu, dan dinasti-dinasti Islam berikutnya, merupakan jiwa-jiwa yang kembali pada kejahiliyahan. Kembali pada pola kerajaan, yang kaya intrik pembunuhan, dan kisah perebutan kekuasaan antarkeluarga.

Ya, kalaulah umat Islam mengabadikan keteladanan Nabi dalam aktivitas keseharian, kalaulah kita berkomitmen mendukung Muhammad Saw. secara praktis, maka dipastikan akan jadi umat yang mulia, akan jadi yang paling berilmu, dan paling kuat.

Baca juga: Tak Merasa Terhina

Post a Comment

0 Comments