Bergabungnya Umar

 

Saat gangguan terhadap ajarannya semakin menjadi-jadi, Muhammad menemukan pemikiran untuk menyarankan para sahabat yang lemah supaya hijrah ke Habasyah. 

Peristiwa yang menimpa Sumayyah, oleh perlakuan Abu Jahal hingga menyebabkan Sumayyah menjadi syahid pertama dalam Islam, benar-benar membuat risau Muhammad. Sumayyah adalah budak wanita milik Abu Hudazaifah bin Mughirah, yang menjadi pengikutnya dari awal, termasuk orang ketujuh sebagai pemuka.

Namun hijrah ke sana baru dimulai pada akhir tahun 615, dan berlangsung dalam dua gelombang besar. Gelombang pertama dipimpin Utsman bin Affan setelah periode Al-Arqam. Gelombang kedua oleh Ja’far bin Abu Thalib saat pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 

Sementara pertemuan rutin di rumah Al-Arqam masih tetap berlangsung hingga tahun 615, berarti periode Al-Arqam ini berjalan tiga tahun dari tahun 612 sampai 615. Pertemuan-pertemuan rutin dengan bersama-sama membaca ayat-ayat, mendalami dasar-dasar akidah, dan salat berjamaah yang semuanya dipimpin oleh Muhammad.

Dan menjelang akhir pendadaran di rumah Al-Arqam ini, masuklah Umar bin Khattab dalam barisan Muhammad. Umar bin Khattab yang semula membenci Muhammad, sangatlah tidak terima mendengar kabar adiknya telah menjadi pengikut Muhammad. Umar naik pitam bahwa adiknya turut dalam pertemuan rutin itu.  

Ia mendatangi rumah adiknya, Fathimah, yang tinggal bersama suaminya, Sa’id bin Zaid. Sesaat sebelum menjejak pintu rumah, ia mendengar Khubab bin Irth mendengungkan ayat-ayat dari surah Thaha. 

Khubab spontan bersembunyi ke dalam, begitu mendengar suara Umar di ambang pintu. Sementara Umar mendapati adiknya dan suaminya tampak kebingungan sembari berusaha menyembunyikan lembaran ayat-ayat surah Thaha. Umar marah besar dan langsung memukul Sa’id bin Zaid. 

Fathimah membela suaminya. Kemudian Umar gantian mencacimaki adiknya dan juga memukulnya sampai berdarah. 

Fathimah menangis. Dan begitu melihat adiknya itu tersedu-sedu, hati Umar berasa iba. Selanjutnya Umar meminta Fathimah menyerahkan lembaran yang digenggamnya. Namun Fathimah tak mau menyerahkan sebelum Umar mandi. 

Umar pun mandi dan berjanji untuk tak lagi menyakiti Fathimah dan Sa’id. Kemudian, begitu duduk membaca ayat-ayat permulaan surah Thaha, Umar tersentuh. Umar yang pada dasarnya berhati halus, berpikir bahwa larik-larik puitis itu bukan kalimat manusia.  

Umar pun tertarik untuk mengetahui lebih jauh ayat-ayat yang disampaikan Muhammad, lebih-lebih adiknya juga mengatakan bahwa Rasul Muhammad pernah berdoa agar Tuhan menguatkan barisannya dengan masuknya salah satu dari dua Umar: Abu al-Hakam Amr bin Hisyam (Abu Jahal) dan Umar bin Khattab.

Fathimah tak segan lagi memberitahu keberadaan Muhammad. Ia percaya sepenuhnya dengan kesungguhan kakaknya. Lantas Umar bergegas menuju rumah Al-Arqam di bawah bukit Shafa. 

Umar mengetuk pintu, dan sebagian sahabat yang berkumpul mendadak diselimuti kepanikan. Muhammad dengan air muka tenang menenangkan sahabat-sahabatnya itu, dan berkata, “Izinkan dia masuk!”

Umar dipersilakan masuk, lalu Muhammad menemuinya di sebuah kamar. Ia memegang jubah Umar dan menariknya dengan kuat, “Apa yang membuatmu datang kemari, wahai Ibnu Khattab? Aku bersumpah demi Allah, jika kamu tidak berhenti, maka sungguh Allah akan menimpakan malapetaka atas kamu.”

“Ya Rasulullah, aku datang untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apa yang dia bawa dari sisi-Nya.” jelas Umar.

Muhammad yang sebelumnya memang sama sekali tidak tahu kalau Umar datang ke Al-Arqam untuk beriman kepadanya, bertakbir dengan suara yang membuat sahabat-sahabat di luar kamar tahu bahwa Umar telah memeluk ajaran Muhammad.

Mereka semua yang berkumpul di situ bersuka cita dan merasa bertambah kuat dengan keberadaan Umar. Kebahagiaan para pengikut Muhammad saat itu benar-benar amat sangat. 

Maka, dengan bergabungnya Umar bin Khattab, berakhirlah masa pendadaran di rumah Al-Arqam. Muhammad memimpin komunitas baru itu bergerak menuju Ka’bah dan mengambil sebuah tempat di sana. 

Baca juga: Bermarkas di Al-Arqam

Post a Comment

0 Comments